S E L A M A T D A T A N G - S E L A M A T D A T A N G - S E L A M A T D A T A N G - S E L A M A T D A T A N G - S E L A M A T D A T A N G - S E L A M A T D A T A N G

Sabtu, 10 Juli 2010

SEJARAH BMKG


Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Rabu, 07 Juli 2010

1. AWAN ASPERATUS

Para ilmuwan dari Royal Meterological Society (RMS) menemukan jenis awan yang unik. Awan ini kemudian diklaim menjadi variasi awan baru yang teridentifikasi dalam abad ini.

RMS kini tengah berupaya menyelidiki lebih jauh tentang awan yang diberi nama Asperatus ini.

Mereka tengah mengupayakan agar Asperatus bisa secara resmi masuk ke dalam daftar istilah internasional yang bisa digunakan dalam pengidentifikasian awan.

Jika berhasil, ini adalah pertamakalinya variasi awan diklasifikasikan sejak 1953, demikian keterangan yang dikutip dari BBC.

Jenis awan baru ini berbentuk awan gelap yang bergulung-gulung di angkasa dan sudah sering ditemukan di berbagai lokasi di seluruh dunia.

"Jika dilihat dari bawah, awan ini sedikit terlihat seperti riak-riak ombak kecil yang terputus-putus," kata Gavin Pretor-Pinney, pendiri Cloud Appreciation Society, sekaligus penemu Asperatus.

"Kami mencoba mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap foto awan yang kami temukan. Ketika melihat Asperatus, kami melihat ada ciri-ciri khusus yang belum pernah kami temukan dalam kategori awan sebelumnya. Oleh karenanya pada saat itu saya mulai berpikir bahwa kemungkinan besar ini adalah jenis awan baru," terang Gavin.

Lebih lanjut Gavin menjelaskan, diberi nama Asperatus karena permukaan bawah Asperatus terlihat kasar dan berombak. Asperatus berasal dari bahasa latin yang artinya kasar.

"Asperatus nampak terlihat dalam kumpulan badai angin yang besar. Namun beberapa laporan menyebutkan bahwa awan ini cenderung terpecah tanpa membentuk badai terlebih dahulu," kata Gavin.

RMS kini tengah mengumpulkan informasi lebih rinci mengenai data cuaca dan lokasi Asperatus ditemukan untuk memahami olebih tepat apa yang menyebabkan terbentuknya awan Asperatus.

Dalam ilmu telaah awan, terdapat sepuluh bentuk dasar awan yang diklasifikasikan dalam istilah genus. Setiap genus menggambarkan dimana awan-awan tersebut terbentuk, intensitas kemunculan mereka, termasuk klasifikasi mengenai awan stratus, cumulus dan cirrus.

Genre ini kemudian dibagi kedalam dua spesies awan yang menggambarkan struktur internal dan bentuk dan variasi awan yang menggambarkan transparansi dan penyusunan awan.

2. PENEMUAN JENIS AWAN BARU

Awan berombak ini terlihat di atas Cedar Rapids, Iowa – Amerika Serikat, dalam sebuah gambar tak bertanggal bisa menjadi contoh dari jenis awan baru pertama untuk diakui sejak tahun 1951. Atau jadi harapan Gavin Pretor-Pinney, pendiri Awan Apresiasi Masyarakat.
Tak hanya di Iowa, tapi Selandia Baru bagian selatan, Perthshire-Skotlandia dan Devon – U.K juga muncul awan jenis baru.
Penggemar awan di Inggris mengatakan, Pretor-Pinney mulai mendapatkan foto dari yang “dramatis” dan “aneh” pada tahun 2005 dan dia tidak tahu bagaimana untuk mendefinisikan.
Hal ini rupanya menjadi awan kelas baru yang masih misteri. Tetapi para ahli menduga awan asperatus yang bagian bawahnya berombak mungkin disebabkan oleh angin kencang stabil, mengganggu lapisan sebelumnya yang hangat dan udara dingin.
Beberapa bulan yang lalu ia mulai mempersiapkan diri untuk mengusulkan formasi awan aneh ini sebagai varietas awan baru pada PBB Organisasi Meteorologi Dunia, yang menggolongkan jenis-jenis awan.
Pretor-Pinney dengan nada bercanda menyebutnya awan “Jacques Cousteau” setelah melihat kemiripannya dengan permukaan laut bergolak dilihat dari bawah. Tapi penggemar awan telah mengusulkan sebuah nama latin “formal” yaitu: undulatus asperatus–roughly, “yang sangat penuh gejolak, keras, bentuk gerak kacau mengombak,” jelas Pretor-Pinney, penulis buku New Cloud Collector’s Handbook.
“Orang-orang mengeluh tentang awan yang menggantung di atas mereka, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pandangan hidup yang gembira,” kata Pretor-Pinney, pendiri Awan Apresiasi Masyarakat. “Bagi saya, awan adalah salah satu bagian yang paling indah di alam”. “Bahkan jika Anda tinggal di tengah kota,” katanya, “langit adalah hutan belantara terakhir yang bisa Anda nikmati”.
LeMone, menggambarkan diri sebagai “pecinta awan”, pun menyetujuinya. “Jika Anda memiliki hari yang menyebalkan, Anda dapat melihat keluar dan melihat awan yang spektakuler,” katanya. Margaret LeMone, ahli awan National Center for Atmospheric Research di Boulder, Colorado, mengatakan bahwa dia telah mengambil foto-foto awan asperatus sedikitnya selama 30 tahun. Kemungkinan bahwa awan ini akan berubah menjadi suatu varietas baru, kata LeMone.
“Memiliki sebuah kelompok yang antusias dengan awan, bisa membantu bidang meteorologi,” ia menambahkan.
Bertanya bagaimana penemuan jenis awan yang demikian mencolok bisa tidak dikenali, Pretor-Pinney menyebutkan adanya kelangkaan- dan proliferasi serta portabilitas dari suatu kamera digital. “Teknologi telah memungkinkan kita untuk memiliki perspektif baru ini di langit.”